Petch dan Pim, "Merangkai Mimpi, Gali Potensi Hingga Ke Luar Negeri."

Feature
Petch dan Pim,

Gemajustisia.com – Ilmu pengetahuan tidak hanya didapatkan saat di dalam kelas saja, namun banyak hal di sekitar yang dapat menjadi ilmu dan merupakan bagian dari pendidikan. Salah satu cara untuk menempuh luasnya wawasan dan pemikiran adalah dengan melakukan kegiatan pertukaran pelajar, seperti Program Pertukaran Pelajar Internasional yang dilaksanakan oleh ALSA International Board yang dibuka di Universitas Andalas. Program Exchange ini menghadirkan dua mahasiswa yang berasal dari Thammasat University, Thailand, Petch dan Pim.

Petch merupakan mahasiswa yang berprestasi sebagai Vice President of Academic Activities ALSA International berani mengambil kesempatan emas kembali untuk melakukan Program Exchange ke Universitas Andalas, dimana sebelumnya ketika ia duduk di bangku Sekolah Menengah Atas (SMA), Petch sudah melakukan pertukaran pelajar ke Amerika Serikat. Dengan rasa ingin tahu yang meluap terhadap budaya Islam di Indonesia membulatkan tekadnya untuk memilih Universitas Andalas dalam program ini.

Sementara Pim, ia merupakan anggota dari Model United Nation (MUN) Thailand, sehingga ia ingin belajar tentang budaya di Indonesia. Melalui Program Exchange inilah Pim ingin mengasah kemampuan Bahasa Inggris agar lebih mumpuni. Pim juga ingin meningkatkan Personal Skill yang lebih baik.

Berkat niat dan usaha yang gigih, Petch dan Pim berhasil melakukan pertukaran mahasiswa ke Universitas Andalas dengan penuh semangat. Di Universitas Andalas ini, Petch dan Pim mengutarakan bahwa kelas yang diikuti khusus Kelas Internasional saja. Dari beberapa kelas yang diikutinya, ada yang sudah mereka pelajari ketika mereka berada di Thammasat University, Thailand. Namun, Petch sangat tertarik pada Hukum Islam yang dipelajari di sini. Petch menemukan banyak perbandingan antara Hukum Islam di Indonesia dengan hukum agama di Thailand. Bagi Pim, ia tertarik dengan materi yang disampaikan oleh dosen di Universitas Andalas yang kerap kali memberikan pertanyaan pemantik kepada mahasiswa untuk didiskusikan bersama.

Petch juga mengungkapkan beberapa perbedaan gaya belajar di Indonesia, Thailand, dan juga Amerika Serikat. Di Asia, dosen cenderung masih menjelaskan definisi materi tersebut, diberi bahan pembelajaran dan diulas. Sedangkan di Amerika Serikat, Petch mengungkap bahwa dosen biasanya memberi bahan materi dan saat di dalam kelas diisi dengan pendapat para mahasiswa terkait materi yang telah diberikan sebelumnya. Opini mahasiswa menjadi elemen terpenting saat pembelajaran.

Berbagai perbedaan budaya dan cuaca sangat dirasakan oleh Petch dan Pim mulai dari makanan, minuman, dan karakteristik budaya di Indonesia. Seperti Pim, ia bahkan pernah terkena diare dan harus dilarikan ke rumah sakit. Hal itu menyebabkan ia mendapat suntikan oleh dokter. Berbeda pula dengan pengalaman Petch, ia mengutarakan beragamnya menu makanan dan minuman di Indonesia dimana saat ia berada di Thailand sangat sulit mendapat menu yang berbagai macam uniknya. Petch dan Pim juga mengatakan betapa terkejutnya mereka dengan rokok yang ada di mana-mana, bahkan di area kampus, restoran, dan lainnya. Di Thailand sendiri, merokok di luar dari area khusus yang ditetapkan merupakan tindakan ilegal, bahkan bisa dipanggil oleh pihak kepolisian.

Petch dan Pim merasakan ramah tamahnya masyarakat Indonesia, sehingga mereka tidak sulit untuk beradaptasi dan berteman dengan orang lokal. Selama berada di Indonesia, Petch dan Pim melakukan berbagai hal, seperti pergi ke Panorama, bermain badminton bersama ketua Justisia Sport Club tahun (Raja), dan ikut senam pagi di Gedung Serba Guna, Universitas Andalas.

Mereka juga banyak berdiskusi mengenai konstitusi dengan mahasiswa lainnya di PUSAKO, dan juga berkesempatan untuk berbincang dengan Saldi Isra, salah satu Profesor Hukum Universitas Andalas yang kini sebagai Wakil Ketua Mahkamah Konstitusi Indonesia. Bahkan, Petch mendapatkan dua buku dari professor tersebut. Petch dan Pim juga berkolaborasi dengan Bu Prima dan Pak Anton, dosen Fakultas Hukum, Universitas Andalas untuk membuat riset mengenai perbandingan hukum di Indonesia dengan Thailand.

Berangkat dari motivasi dan tujuan mereka melakukan Program Exchange ini, menggapai mimpi dan pengetahuan menjadi hal utama yang Petch dan Pim harapkan. Pim sendiri memiliki tujuan meningkatkan kemampuan Bahasa Inggris dengan lebih baik lagi. Petch lebih khusus berujar mengenai tujuannya ialah mempelajari kebudayaan dan agama Islam karena ia berminat untuk bekerja di Thailand Selatan, di mana di sana terkenal dengan banyaknya masyarakat muslim.

Ekspektasi yang diangankan sebelum mereka berangkat ke Indonesia tidak jauh berbeda dengan pengalaman yang didapatkan. Seperti Pim, ia menikmati banyak hal selama di sini, mendapat teman beragama muslim, misalnya. Petch mengatakan hal ini melebihi ekspektasinya karena orang-orang di sekitarnya memperlakukan Petch dan Pim dengan sangat baik. Petch mengatakan bagaimana tradisi Indonesia yang sangat memuliakan tamu, di suatu waktu, mereka bahkan berkesempatan untuk pergi makan siang bersama dosen.

Negara tentu memiliki keunikannya masing-masing. Berbeda dengan Thailand yang cenderung memiliki banyak anjing di jalanan, Pim mengatakan di Indonesia lebih banyak memiliki kucing jalanan dan itu membuatnya bahagia karena Pim sangat menyukai kucing. Lingkungan yang asri di lingkungan kampus dan perubahan cuaca yang tidak menentu adalah hal unik yang ditemui oleh Petch selama berada di Padang, Sumatera Barat, Indonesia.

Melakukan pertukaran mahasiswa ke luar negeri bukanlah hal yang mudah untuk dicapai. Banyaknya tantangan dan kekhawatiran dialami oleh Petch dan Pim. Pada awalnya, Pim merasa khawatir dengan pengecekan di imigrasi karena ia merasa takut akan dibawa ke dalam sebuah ruangan untuk diinterogasi seperti hal-hal yang ia tonton dari film. Begitu pun Petch, ia merasa khawatir tidak dapat beradaptasi dengan lingkungan baru, terutama masyarakat mayoritas beragama Islam di dalamnya.

Petch juga khawatir dengan pertanyaan di kepalanya, apakah ada peraturan tidak boleh mewarnai rambut di kampus barunya ini karena Petch saat itu memiliki rambut berwarna. Namun, ketakutan dan kekhawatiran mereka hanyalah sebuah perasaan semu ketika yang terjadi tidak seperti apa yang mereka pikirkan.

Banyak hal yang dapat dipelajari dari Program Exchange ke luar negeri. Proses menuju pendewasaan dan pemikiran yang lebih luas, kekuatan untuk menghadapi tantangan, dan bagaimana beradaptasi dengan lingkungan baru didapatkan dengan melakukan pertukaran mahasiswa ini. Petch mengatakan dengan ia mengikuti Program Exchange ini membuka matanya untuk melihat bagaimana perspektif Islam. Petch juga mempelajari kebudayaan dan masyarakat di dalamnya.

Keberhasilan Petch dan Pim menjadi bukti nyata bahwa setiap orang memiliki kesempatan untuk dapat melakukan hal yang sama.

Go fot it! Ambil kesempatan untuk ikut program pertukaran pelajar dan keluar dari zona nyaman.” Ucap Pim memotivasi.

Bertemu orang-orang dengan latar belakang yang berbeda yang suatu hal yang menarik bagi Petch dan Pim untuk studinya dan untuk pengalaman pribadi tentang perbedaan kebudayaan di Indonesia dan di Thailand.

 

 

 

Penulis         : Tiara Diva Azarin

Reporter     : Rumondang Maharani 

0 Comments

Leave a Reply